Uji Biokimiawi Urin

Laporan Praktikum ini dibuat oleh :
  1. Jireh Petra Slat (1709511030)
  2. Putu Teza Juliantari (1709511031)
  3. Lola Yolanda Br Barus (1709511032)
  4. Chindi Meilina Handojo (1709511033)
  5. Ninis Arsyitahlia (1509005011)
  6. Sri Wahyuningsih HS (1509005026)
  7. Tanti Fitri Sihotang (1509005071)



Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.

Uji Biokimiawi Urin dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan dari urin itu sendiri, sebagaimana kita tau untuk melakukan praktikum ini kita membutuhkan beberapa contoh urin, berikut kami juga menggunakan urin sapi dan juga urin babi yang bisa dibilang sulit untuk didapatkan, berikut kami paparkan prosedur serta hasil praktikum kami :


Bahan / Pereaksi yang kami gunakan adalah :

  • Urin Sapi
  • Urin Babi
  • Urin Manusia
  • Beaker Glass
  • Tabung Reaksi
  • Penjepit Kayu
  • Spiritus
  • Pipet tetes
  • Asam nitrat pekat
  • Cuka encer
  • Benedict

 Prosedur percobaan :

  1. Uji Protein
    • Uji Heller
      1. Masukkan 1 cc urin sapi ke dalam tabung reaksi, lakukan hal yang sama pada urin babi dan urin manusia.
      2. Tambahkan asam nitrat pekat ke dalam masing-masing tabung reaksi.
      3. Amati apakah terbentuk cincin putih pada larutan.
    • Uji Didih
      1. Masukkan 1 cc urin sapi ke dalam tabung reaksi, lakukan hal yang sama pada urin babi dan urin manusia.
      2. Panaskan masing-masing tabung reaksi.
      3. Cek kekeruhan pada masing-masing tabung, jika tabung berwarna keruh maka tambahkan cuka encer dan cek kembali kekeruhannya.
  2. Uji Protein
    • Uji Benedict
      1. Masukkan 1 cc urin sapi ke dalam tabung reaksi, lakukan hal yang sama pada urin babi dan urin manusia.
      2. Tambahkan 2 cc benedict kemudian panaskan masing-masing tabung reaksi.
      3. Amati perubahan warna yang terjadi.
Hasil percobaan :
  1. Uji Protein
    • Uji Heller
      1. Urin Babi (normal : kuning muda jernih ) - ditambah asam nitrat pekat = Kuning kecoklatan ( tidak terbentuk cincin putih )
      2. Urin Sapi (normal : kuning emas jernih) ditambah asam nitrat pekat = Kuning kecoklatan ( tidak terbentuk cincin putih )
      3. Urin Manusia (normal : kuning emas jernih) ditambah asam nitrat pekat = Kuning kecoklatan ( tidak terbentuk cincin putih )
        Hasil Uji Heller setelah ditambah asam nitrat pekat (urutan dari kiri : manusia - sapi - babi)
    • Uji Didih
      1. Urin Babi - tidak keruh
      2. Urin Sapi - tidak keruh
      3. Urin Manusia - tidak keruh
        Hasil Urin setelah di didihkan (urutan dari kiri : babi-sapi-manusia)
  2. Uji Protein
    • Uji Benedict
      1. Urin Babi - (ditambah benedict : biru jernih) - (dipanaskan : warna tetap)
      2. Urin Sapi - (ditambah benedict : biru bening) - (dipanaskan : lebih keruh)
      3. Urin Manusia - (ditambah benedict : biru kehijauan bening) - (dipanaskan : lebih keruh)
        Hasil Uji Benedict sebelum dipanaskan (urutan dari kiri : sapi - manusia - babi)

        Hasil Uji Benedict setelah dipanaskan (urutan dari kiri : sapi - manusia - babi)
Pembahasan : 

Uji Heller dilakukan dengan mencampurkan bahan dengan HNO3 pekat sehingga hasilnya akan terbentuk cincin yang berwarna putih pada permukaan larutan. Uji Heller sendiri bertujuan untuk diagnostik. Protein jika terkena asam pekat (HNO3) akan terjadi denaturasi protein di permukaan, tetapi jika berlangsung lama, denaturasi akan berlangsung terus-menerus sampai cincin putih menghilang. Uji heller digunakan untuk melihat ada tidaknya protein dalam urin. Kehadiran protein ditunjukkan dengan adanya cincin putih dipersimpangan solusi dan asam nitrat pekat. Hasil pemeriksaan protein pada urin dengan menggunakan uji heller menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (-) karena urin yang diperiksa tidak ada endapan dan tidak terbentuknya cincin putih. Hal ini menunjukkan bahwa urin yang diperiksa tidak menyatakan adanya protein.


Uji didih dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan senyawa protein dalam kandungan urin dengan cara memanaskan urin yang sudah dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan ukuran tertentu dan dibakar beberapa saat menggunakan spritus. Jika urin tersebut baik sapi, babi, maupun manusia mengalami perubahan transparansi warna menjadi keruh maka urin tersebut diduga mengandung senyawa protein dan dapat di lakukan pemeriksaan lanjutan. Adanya protein yang terkandung dalam urin ini adalah suatu keadaan yang abnormal. Adanya albumin dan globulin dalam konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari dari 30-200 mg protein diekstraksi setiap hari dalam urine. Oleh karena itu protein bukanlah unsur yang normal yang terkandung dalam urin. Pada percobaan kali ini hasil yang kami dapatkan adalah tidak ada urin yang berubah warna menjadi keruh yang berarti urin – urin tersebut bersifat normal karena tidak terdapat protein.


Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urin yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urin diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urin. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes. Warna kuning dalam urin berasal dari bilirubin. Pucat atau kuatnya warna kuning pada urin normal tergantung pada konsumsi air. perubahan warna dari yang normal itu bisa terjadi karena pengaruh makanan, obat, atau kondisi kesehatan. Pada percobaan yang dilakukan, urin babi setelah penambahan benedict berubah menjadi warna biru jernih. Bisa dikategorikan bahwa urinnya tidak mengandung glukosa. Pada urin sapi, penambahan benedict membuat warna berubah menjadi biru bening yang artinya kondisi urine negatif glukosa seperti pada babi. Setelah digunakan pemanasan kepada ketiga urin, pada manusia dan sapi urin agak sedikit keruh dan pada babi urinenya bening. Artinya urin sapi dan manusia mengandung sedikit glukosa dan pada babi tidak mengandung glukosa. Jika urin mengandung glukosa berarti tubulus ginjal tidak menyerap gula dengan sempurna.

Kesimpulan :

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa, uji heller bertujuan untuk diagnostik ada atau tidaknya protein di dalam urin, percobaan ini dilakukan dengan menambahkan HNO3 pekat karena protein akan mengalami denaturasi jika terkena HNO3 pekat dan membentuk cincin putih di permukaan. Cincin putih menunjukkan ada atau tidaknya protein di dalam urin. Sementara uji didih bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein di dalam urin juga. Adanya protein pada percobaan ini ditandai dengan perubahan warna menjadi keruh setelah urin di didihkan. Dan uji benedict dilakukan untuk mengetahui kandungan glukosa dalam urin dimana benedict akan bereaksi dengan gugus aldehid. Untuk mengetahui ada atau tidaknya glukosa dalam urin dilakukan dengan melihat perubah warna menjadi lebih keruh atau tidak, jika warna menjadi lebih keruh maka urin tersebut mengandung glukosa.

Comments